Borgol.id-Pekanbaru,
Sejumlah ibu-ibu warga Rumbai mendatangi kantor Bank Rakyat Indonesia (BRI) unit Rumbai, Rabu (4/12/24). Mereka mengadukan nasib mereka yang ditagih uang pinjaman yang sama sekali tidak mereka terima.
Enam orang warga Rumbai bersama pendampingnya Abdul Rahman langsung bertemu dengan Kepala Unit BRI Unit Rumbai, Rabu 4 Desember 2024.
Warga tersebut mengaku mendapatkan surat peringatan pertama dan kedua untuk melakukan pembayaran angsuran masing-masing sebesar Rp5 juta.
Setiawati bersama warga lainnya kepada wartawan mengatakan, awalnya mereka diiming-imingi uang 3 sampai 4 juta asalkan mereka mau nama mereka dipakai untuk pengajuan pinjaman di BRI, dengan perjanjian Asifa yang akan melunasi hutang tersebut. Uang pinjaman cair sekitar Rp100 juta.
Tanpa pikir panjang, ibu-ibu yang mayoritas janda tersebut bersedia karena kebutuhan ekonomi mereka yang sulit.
Setiawati mengaku diajak berfoto oleh 2 orang Marketing BRI Unit Juanda ke kebun sawit orang yang tidak diketahui siapa pemiliknya. Keesokan harinya tanggal 1 Januari 2024, korban di bawa ke BRI Unit Juanda untuk didata sekaligus membuka rekening BRI oleh Asifa. Namun Asifa hanya menunggu diluar.
Setelah selesai, Asifa mengambil buku tabungan dan ATM korban, dan pergi. Diketahui uang cair sekitar Rp100 juta. Merasa ada kejanggalan Setiawati tidak mau meminta uang yang dijanjikan oleh Asiva.
“Saya berani bersumpah, saya tidak ada menerima sepeserpun dari Asifa. Saya tidak berani, saya ini orang susah, saya takut,” ungkap Setiawati dengan wajah lesu.
Beberapa bulan kemudian, lanjut Setiawati dirinya mendapatkan surat peringatan pertama dari unit bank BRI rumbai untuk pembayaran hutang yang tidak pernah ia gunakan, saya lihat surat peringatan itu dibawahnya di teken (tandatangan) oleh kepala unit BRI rumbai atas nama Syukrizal, beberapa hari kemudian Setiawati didatangi lagi oleh pihak BRI dan memberikan surat pangggilan ke 2.
“Saya dikasih surat kedua, orang BRI bilang, kalau saya tidak datang ke bank, nanti pada surat panggilan ke 3, kata orang bank ini urusannya ke jalur hukum,” sampainya.
Setiawati mengaku tidak berani datang ke BRI karena mendapat ancaman dari Asifa Muliani, jika Setiawati berani datang ke BRI itu akan dipersulit, Asifa tidak mau membayar hutang tersebut, tapi kalau Setiawati tidak datang Asifa akan membayarnya. Asifa juga mengeluarkan kata-kata kasar kepada Setiawati.
“Tapi sampai sekarang tidak ada niat Asifa Muliani untuk membayar uang yang dipinjam di BRI,” ujarnya.
Setiawati mengaku sedih, pihak marketing bisa mencairkan uang padahal ia tidak punya anggunan apa-apa, hanya disuruh berfoto di kebun sawit orang,saya tidak punya rumah cuma kontrakan sawit tidak ada,saya seorang janda.tururnya.
Sementara itu, Warga lainnya Sutini dengan kasus yang sama juga ditagih hutang oleh BRI. Ia juga diiming-imingi uang oleh tatanngganya Evan asalkan mau namanya dipakai oleh Evan untuk pengajuan pinjaman di BRI.
Mereka berurusan dengan 2 marketing BRI Unit Juanda, Anton dan satu orang lagi wanita.
Mereka berharap, pihak BRI menyelesaikan kasus ini. Dan pelaku yang mengiming-imingi mereka termasuk oknum-oknun Marketing BRI Unit Juanda di proses, sehingga pihak BRI tidak menagih mereka lagi.
Sementara itu, pendamping para korban, Abdul Rahman kepada SegmenNews.com, mengatakan mereka telah menemui Kepala Cabang BRI rumbai Kota Pekanbaru, Syukrizal. Syukrizal mengaku berkas kredit masyarakat tersebut dipindahkan dari BRI unit Juanda ke Unit Rumbai. Saat ini kasus tersebut memang sedang dalam proses interen pihak BRI.
Dari informasi Marketing Hutagalung sudah dipecat pihak BRI, namun tidak diketahui penanganan kasus ini seperti apa.
Terpisah, Kepala Cabang BRI Kota Pekanbaru, Filupus Evan mengakui adanya permasalahan pinjaman KUR di Rumbai, dan oknum-oknum yanh telibat.
Ia berharap masyarakat lebih berhati-hati lagi terhadap percaloan.**